Selasa, 25 April 2017

Cerpen Untaian Akhir Di Yoygyakarta

UNTAIAN AKHIR DI YOGYAKARTA

Hiruk-pikuk keramaian orang di sepanjang jalan Malioboro tak pernah usai. Di siang hari terlihat para wisatawan sibuk mencari berbagai cinderamata memadati area di sepanjang jalan Malioboro. Di kala malam menjelang maka keramaian para pemburu kuliner yang tampak memenuhi Jalanan Malioboro. Ini adalah pemandangan yang biasa ditemukan ketika kita mengunjungi Malio begitulah sebutanku untuk central perdagangan, di kota Yogyakarta ini.
Maka malam pertama di Jogja, kuputuskan untuk berkunjung ke sana. Walaupun hujan rintik namun tak menyurutkan langkahku, sebab untuk urusan perut memang tidak bisa kompromi. Akupun menuju Warung Gudeg Bu Sastro yang tak pernah terlihat sepi. Ku pesan Sepiring Gudeg Ayam lengkap dengan teh manis hangat, tak menunggu lama pesanan pun tersaji. Tak sabar rasanya untuk segera menyantap nasi gudeg ini, tapi terpaksa kutunda dulu hingga kedatangan temanku. Joko itulah dia teman masa SMA ku dulu. Ia adalah seseorang yang hobi memasak dan hobi makan, sudah jelas ia memiliki postur tubuh yang gempal kala itu. Kami memutuskan untuk bertemu disini. “Hei, Nia !” suara dari kejauhan yang sontak menghentikan lamunanku. Dari kejauhan terlihat seorang lelaki tinggi, berambut ikal, dan berkacamata,“Hei Nia, ini aku Joko” ucapnya. Ia datang menghampiriku.
Terkejut Aku melihatnya lelaki yang ku kenal dahulu telah menjadi seorang yang berbadan tinggi yang memiliki postur tubuh yang proposional. Dia pun duduk dan langsung memesan sepiring gudeg ceker. Dan tentu saja kami mulai  mengobrol sambil menikmati santap malam. Kami berbincang banyak hal tentang perubahan penampilan, kesibukan saat ini, sampailah pada cerita percintaan, “Jadi Nia sudah berapa lama kamu menjomblo?” Ia pun menyeringai. Sontak terkejut dengan kata-katanya akupun tersedak. “Apa…apa. Sekarang aku memang jomblo dan itu lebih baik untukku.” Joko hanya tertawa kecil. Tak lama setelah itu ada seseorang yang berjalan kearah kami dan melambaikan tangannya. Sungguh tak percaya aku bertemu dengannya lagi. “Wah, maaf telat nih. Biasa ada urusan di kampus.” Katanya.
Joko pun mempersilakan lelaki itu duduk di sebelahnya. “Nia, Kau masih ingat dengan mantanmu?” Sambil tertawa girang. Tentu itu membawa Aku kembali  mengenang masa lalu ketika kami masih bersama. Tito lelaki yang sebelumnya telah mengisi hatiku kurang lebih 3 tahun lamanya saat kami  berada di bangku SMA. Masih ada dalam ingatanku dulu, kami memutuskan untuk berpisah karena ia harus tinggal menetap disini, dan ketika ia  menghilang tanpa kabar berita apapun (Lost contact).
“Nia gimana kabarnya?” Tito berusaha membuka percakapan kami.
“ Lumayanlah masih berkutat dengan huruf dan kata.” jawabku singkat.
Tak terasa malam semakin pekat . “sepertinya aku harus pergi sekarang” kata Joko berpamitan. Aku dan Tito pun berpamitan padanya kami berjalan menyusuri Malio
“Oh, ya Nia kau tinggal di mana sekarang?” Tanya Tito.
Akupun hanya mengatakan di Whiz Hotel malas sekali rasanya bertemu dengan pria ini.
Entah mengapa tiba-tiba saja ia berkata “Ya sudah sekalian saja kuantarkan ya, kebetulan kita searah.”  
Sesampainya di depan Hotel ia berkata “ Besok ada rencana kemana?”
“masih belum pasti tapi Festival Lampion di Borobudur tak mungkin aku lewatkan.” Balasku.
Pagi harinya tepat pukul 10. rencananya aku akan pergi berkeliling kota Jogja. Tapi sulit kupercaya Tito sudah ada di depan hotel. Dia melihatku kemudian menghampiriku dan secara tiba-tiba Tito  mengajakku ke Candi Prambanan. Sifatnya yang selfish, to do point, and straightforward  adalah suatu hal yang tak pernah berubah darinya.
“Apa kau tidak ada pekerjaan hari ini?” ucapku.
Ia menjawab “ Sesekali menjadi Tour guide juga tidak masalah tapi aku yakin kau kesini bukan untuk berliburkan, kan?”
Terkejut aku mendengar hal itu, dan akupun hanya membalasnya dengan senyuman. Setelah membeli tiket seharga tiga puluh ribu rupiah kami pun masuk kedalam kompleks Candi Prambanan. Sebuah Candi Hindu yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO dan merupakan Candi terindah Se- Asia Tenggara. Salah satu tempat yang tepat untuk menghabisakan waktuku di Jogja.
Ada sebuah mitos yang mengatakan bahwa pasangan yang datang kesana maka hubungan mereka akan berakhir. Tentu hal ini berasal dari alkisah Roro Jonggrang yang melakukan tipu muslihat pada Bandung Bondowoso untuk mencegahnya menjadi suaminya. Tapi, Tito bukan lagi kekasihku jadi itu bukanlah masalah, yak an. Setelah puas berkeliling dan mengambil beberapa foto kami menuju gerbang keluar Candi Prambanan. Sulit untuk mengakui hal ini tapi rasanya menghabiskan waktu bersama Tito membuatku sedikit melupakan kenangan pahit itu. Kenangan yang mambuatku ingin pergi sejauh mungkin.
Semua bermula darinya, Haris lelaki pertama yang mempermalukan dan menjatuhkan harga diriku saat itu. Dia adalah lelaki yang telah ku kenal selama 5 tahun lamanya. Usia kami terbilang cukup jauh berbeda, Haris berusia 7 tahun lebih tua dibandingkan diriku. Dia seorang yang lebih dewasa, bijak, dan ramah dibandingkan Tito, dan tipe idaman semua wanita. Itulah penilaian pertamaku tapi pada kenyataanya ia tak lebih baik dari seorang “Pecundang” Karena hal itulah aku datang ke Yogyakarta.
Perjalanan kami berakhir dan Tito mengantarkan ku pulang ke hotel.  Dalam kamar di atas ranjangku kembali terbesit kata-kata Tito beberapa saat menjelang kepergiannya, bahwa ia pasti akan kembali menjemputku suatu saat nanti. Tapi kenyataanya tidak begitu. Aku hanya berpikir kenapa harus bertemu dengan Tito di saat seperti ini, apakah dia masih menganggap aku sebagai seseorang special untuknya, apakah ia masih mengingat kenangan kita berdua saat itu. Kegelisahan menjalar dalam diriku, ketika aku ingin mencari kedamaian dan ketenangan diri justru sebuah dilema menghampiriku.
 Dering handphone mengejutkanku, dan ternyata telepon itu berasal dari Tito. Aku tidak mengerti bagaimana bisa ia mengetahui nomor ini.
“ Hei Nia, besok ada rencana kemana, bagaimana kalau Aku mengantarmu berkeliling kota jogja.” Ucapnya.
Kuacuhkan saja pesan itu, namun  keesokan harinya ia kembali menjemputku tak banyak kata yang bisa ku ucapkan untuk menolak ajakannya, dan pada akhirnya kami pergi berkeliling kota Yogyakarta. Mulai dari Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg, Alun-alun Kota, dan Taman Sari Yogyakarta.
Kami berhenti di alun-alun kota melihat dua buah pohon yang ada disana. Dua buah pohon yang menurut kebanyakan orang siapa yang berhasil berjalan melaluinya akan dekat dengan cinta sejatinya. Kami sontak tertawa bersamaan katika tito berkata
“Kau ingin mencobanya?”
“No thanks” Ucapku.
 “Kau tahu Nia, mungkin kau pikir aku tak peduli padamu tapi faktanya aku menghawatirkanmu.” Balasnya.
Dan seketika itu juga terucap dari bibirku “Tito, apa kau percaya pada Cinta? Apakah menurutmu pernikahan itu penting?”
Tito pun menatapku cukup lama dan menjawab “ aku percaya, dan kurasa keduanya sama pentingnya, namun Cinta satu tingkat lebih penting, karena Pernikahan tanpa Cinta hanya akan membawa ketidakbahagian bukan ?”
Akupun hanya terdiam membisu tak tahu harus berkata apa.
Sebelum ia mengantarku pulang tito berkata“ Besok malam aku akan menjemputmu dan kita akan pergi bersama ke festival lampion itu.”
Tepat pukul 22.00 WIB Tito menjemputku, Aku berusaha untuk menyembunyikan perasaanku dan tetap tenang. Informasi yang kudapat dari joko mengenai pertunangan Tito kusembunyikan dalam diam.
Tak lama kemudian kami langsung pergi menuju Candi Borobudur untuk mengikuti Festival Pelepasan Lampion disana. Festival itulah yang menjadi salah satu prosesi dalam rangkaian perayaan Waisak di Yogyakarta. Festival Pelepasan 10.000 Lampion yang menjadi symbol penghujung acara perayaan Waisak, dan memliki arti untuk melepaskan harapan-harapan dan doa yang dinginkan setiap pengunjung yang datang.
Kami sampai tepat pada tengah malam hiruk-pikuk keramaian para pengunjung tak terelakan, persiapan menuju prosesi Pelepasan Lampion pun dimulai. Di saat kami telah menerima sebuah lampion Tito kembali bertanya padaku
“Bisakah kita memulainya dari awal?”  
akupun masih sibuk dengan menyalakan api lampion dan tidak menghiraukannya.
“ Hei Nia, apakah kau harus terus berdiam diri seperti itu! Sikapmu yang seperti ini yang menyebabkan perpisahan kita.”
Geram rasanya mendengar kata-kata itu  
“Apa yang kau harapkan dariku.” Setengah berteriak akupun melanjutkan
 “ Lalu bagaimana dengan tunanganmu itu?”
Tak peduli aku dengan kerumunan yang melihat kearah kami. Ia terkejut dengan mata terbelalak ia pun menjawab dengan suara tertahan
“bagaimana bisa kau tahu?”
Aku hanya menatapnya, melihat ekspresi di wajahku ia pun melanjutkan
“aku tak mencintainya aku masih bisa membatalkan pertunanganku itu, percayalah hanya kau yang selalu ada dalam hatiku, kaulah yang selalu ku tunggu!”
Mendengar perkataan itu tanpa sadar air mataku pun meleleh, bagaimana mungkin aku bisa menerima semua ini. Membiarkan kejadian yang telah menimpaku dahulu akan terulang lagi bagi wanita lainnya dan ia adalah tunangan Tito. Sungguh tak ingin aku mempercayai hal ini.
Detik-detik Pelepasan Lampion semakin dekat.
 Sambil memegang sebuah lampion yang telah menyala akupun berkata “ Tito, aku tak bisa menerima semua ini, perasaanmu maupun kenyataan dari dirimu.”
 “Kau sangat berarti untukku Tito dan aku tak ingin kau melakukan kesalahan besar, kesalahan yang akan menyakiti perasaan dari seorang wanita yang mencintaimu.” Lanjutku.
Dalam keheningan ia menatapku dan berkata “Maafkan Aku Nia, dan terima kasih kau telah mencegahku melakukan hal terburuk dalam hidupku.” Ia pun menorehkan senyuman diwajahnya, senyuman yang tak pernah kulihat sebelumnya.
Aku hanya mengangguk perlahan. Tak lama kemudian kami melepaskan sebuah Lampion bersamaan dengan Ribuan Lampion lainnya. Lampion-lampion yang memenuhi langit malam menuju luasnya angkasa, 10.000 Lampion yang membawa doa dan harapan seluruh pengunjung yang ada disana, termasuk juga harapanku untuk kebahagian Cinta Sejati di masa mendatang.

  

Waktu


WAKTU

Kau berlari tanpa henti
Saban hari semakin cepat kau lari
menggerus siapa yang lengah pada saat ini
tak ada toleransi dan kompromi
hanya orang pintar yang mengerti
betapa penting setiap detik waktu ini
Akan kah kita merugi?

Atau memenangi hal ini?

Selasa, 20 September 2016

SIMBOL SIMBOL FLOWCHART DAN FUNGSINYA JUGA PENGERTIANNYA

Pengenalan Flowchart
        Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung.

        Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai disusun, selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program dengan bahsa pemrograman.


Simbol-simbol flowchart

         Flowchart disusun dengan simbol-simbol. Simbol ini dipakai sebagai alat bantu menggambarkan proses di dalam program. Simbol-simbol yang dipakai antara lain :


 Flow Direction symbol
Yaitu simbol yang digunakan untuk menghubungkan antara simbol yang satu dengan simbol yang lain. Simbol ini disebut juga connecting line.

 Connector Symbol
Yaitu simbol untuk keluar – masuk atau penyambungan proses pada lembar / halaman yang berbeda.

Connector Symbol
Yaitu simbol untuk keluar – masuk atau penyambungan proses dalam lembar / halaman yang sama.

Processing Symbol
Simbol yang menunjukkan pengolahan yang dilakukan oleh komputer
Simbol Decision
Simbol pemilihan proses berdasarkan kondisi yang ada.

Simbol disk and On-line Storage
Simbol yang menyatakan input yang berasal dari disk atau disimpan ke disk.

Simbol Display
Simbol yang menyatakan peralatan output yang digunakan yaitu layar, plotter, printer dan sebagainya.

Simbol Input-Output
Simbol yang menyatakan proses input dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya

Simbol Manual Input
Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line keyboard
   Simbol Manual Operation
Simbol yang menunjukkan pengolahan yang tidak dilakukan oleh komputer

Simbol Predefine Proses
Simbol untuk pelaksanaan suatu bagian (sub-program)/prosedure

Simbol Preparation
Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan di dalam storage.



Terminator Symbol
Yaitu simbol untuk permulaan (start) atau akhir (stop) dari suatu kegiatan




Kaidah-kaidah pembuatan Flowchart
Dalam pembuatan flowchart tidak ada rumus atau patokan yang bersifat mutlak. Karena flowchart merupakan gambaran hasil pemikiran dalam menganalisa suatu masalah dengan komputer. Sehingga flowchart yang dihasilkan dapat bervariasi antara satu pemrogram dengan pemrogram lainnya.
Namun secara garis besar, setiap pengolahan selalu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu;
  1. Input berupa bahan mentah
  2. Proses pengolahan
  3. Output berupa bahan jadi.
Untuk pengolahan data dengan komputer, dapat dirangkum urutan dasar untuk pemecahan suatu masalah, yaitu;

  • START: berisi instruksi untuk persiapan perlatan yang diperlukan sebelum menangani  pemecahan masalah.
  • READ: berisi instruksi untuk membaca data dari suatu peralatan input.
  • PROCESS: berisi kegiatan yang berkaitan dengan pemecahan persoalan sesuai dengan data yang dibaca.
  • WRITE: berisi instruksi untuk merekam hasil kegiatan ke perlatan output.
  • END: mengakhiri kegiatan pengolahan


Nah ini dia salah satu contoh flowchart proses dalam memecahkan masalah pengisian krs.
sekian dari saya semoga artikel ini dpt membantu dan bermanfaat bagi kawan-kawan semua. terima kasih